KATA
PENGANTAR
Bismillahirromanirrohiim
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan
skripsi ini merupakan bagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Srtudi Pendidikan Agama Islam
(PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Baitul Arqom Al-Islami.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penelitian
ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun sistematika
penulisannya. Namun demikian, berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan kerendahan hati penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada yang terhormat:
1.
Bapak
Drs. Oop Farouk, M.M. selaku pembimbing I yang telah memberi arahan, bimbingan,
dan dorongan yang sangat berarti bagi penulis.
2.
Bapak
Drs. KH. Ridwan Sofwan, M.M.Pd selaku pembimbing II yang dengan penuh ikhlas
telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.
3.
Seluruh
dosen di Program studi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Baitul Arqom yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis.
4.
Kepala
Desa Nagrak beserta segenap perangkat pemerintahan desanya, segenap masyarakat
Pondok Asri Cikawao beserta unsur tokoh masyarakatnya.
Akhirnya,
rasa syukur dan terima kasih, juga penulis sampaikan kepada suamiku ter
cinta beserta
anak-anakku tersayang yang tiada henti-hentinya berdo’a serta memberi dorongan
dan semangat kepada penulis. Harapan dan do’a penulis, semoga Allah Swt
senantiasa melimpahkan taufik hidayah-Nya dan berkenan memberikan balasan
berlipat ganda kepada mereka. Amiin ya
Robbal ‘alamiin.
Pacet, Juni
2014, penulis
ABSTRAKSI
atar Belakang Pendidikan Keagamaan Orang Tua pengaruhnya terhadap
Perilaku Anak Usia Sekolah Dasar”Resume ini
diambil dari hasil perhitungan angket terhadap tiga aspek. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 61,8. Angka tersebut dalam skala
penelitian berada pada rentang 61 – 80 dengan kualifikasi tinggi. Artinya latar
belakang pendidikan keagamaan orang tua berpengaruh terhadap perilaku akhlak
anak usia sekolah dasar
Di
samping hal di atas ada dorongan atau penguat yang muncul dari dalam diri siswa
itu sendiri. Sikap belajar yang demikian, dapat menghasilkan perubahan yang
demikian akan menghasilkan sebuah perubahan yang menyeluruh meliputi aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pendidikandikatakan berhasil apabila
usaha mendidik yang dilakukan berbanding dengan perilaku akhlak yang
dihasilkan. Keberhasilan pendidikan bergantung pada berbagai faktor dan kondisi
yang mempengaruhi perilaku akhlak anak. Faktor dominan yang mempengaruhi
tersebut ialah latar pendidikan keagamaan orang tua, karena orang tua merupakan
salah satu pendidik pertama dan utama, yang sangat kuat yang menentukan
keberhasilan perilaku akhlak anak.
Bertolak
dari paparan di atas, penulis ingin mengetahui perilaku akhlak anak di Pondok
Asri Cikawao Desa Nagrak, Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung yang memiliki orang
tua yang berlatar belakang pendidikan keagamaan.
Penulis
mengajukan hipotesis bahwa latar belakang pendidikan keagamaan orang tua akan
mempengaruhi perilaku akhlak anak usia sekolah dasar. Berdasarkan perhitungan
statistic, variable X dan variable Y berada pada criteria sedang. Hal ini
berdasar pada perhitungan dari korelasi antara kedua variable yang hasilnya
0,58 berada di kriteria sedang sebab berada di interval antara 0,41 – 0,60. Jika
diprosentasekan pengaruhnya sebesar 19%.
Realisasi
aspek kognisi anak usia sekolah dasar dalam perilaku akhlaknya tergolong tinggi
pula. Kesimpulan ini diambil dari hasil perhitungan angket dari enam indikator.
Hasil perhitungan diperoleh rata-rata dalam skala penilaian berada di rentang
72,8 dengan kualifikasi sedang.
Antara latar
belakang pendidikan keagamaan orang tua dengan perilaku akhlak anak usia
sekolah dasar terdapat hubungan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari
hasil perhitungan koefisien kedua variable yang mencapai angka 0,58 dengan
kualifikasi sedang karena berada pada angka interval 0,41 - 0,60. Dengan
demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu
semakin baik latar belakang pendidikan keagamaan orang tua maka akan semakin
baik pula prilaku akhlak anak usia sekolah dasar. Ada pun derajat pengaruh dari
variable X terhadap variable Y dalam penelitian ini sebesar 19%. Dengan
demikian, masih ada 81% faktor lain yang mempengaruhi aspek kognisi pada anak
usia sekolah dasar.
BAB IPENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam
kandungan sampai meninggal melalui tahap demi tahap, baik itu perkembangan
jasmani maupun perkembangan rohani. Proses perkembangan itu dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar
(eksternal).
Untuk kepentingan hidup, Tuhan telah memberikan
kemampuan‑kemampuan berkembang pada individu itu ada yang bersifat native (dasar), dan ada yang bersifat acquired (diperoleh melalui proses
belajar).[1]
Upaya yang dianggap tepat untuk mengarahkan individu itu
adalah melalui pendidikan, baik formal maupun non formal. Pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Setiap anggota masyarakat
wajib mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga dalam kehidupannya dapat
mengarahkan tujuannya ke arah kemajuan dan perkembangan yang positif, yaitu
menuju pembaharuan hidup yang lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam
pendidikan, manusia dituntut supaya benar‑benar menjadi manusia yang bertaqwa,
cerdas, terampil dan dapat mempertinggi budi pekerti.
Keberhasilan suatu pendidikan tidak bergantung kepada
pembawaan anak didik saja, melainkan juga peran serta lingkungan masyarakat,
adat istiadat dan keluarga[2].
Salah satu faktor pendukung dalam
keberhasilan pendidikan adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang sangat
mempengaruhi perkembangan anak secara menyeluruh. Keluarga merupakan tempat
meletakkan dasar-dasar perkembangan, kedisiplinan dan kepribadian anak yang
dilakukannya. Oleh sebab itu, keluarga sering disebut pondasi bagi pendidikan.
Sehubungan dengan itu Simanjuntak (1983:11) mengatakan bahwa:
“Keluarga merupakan lingkungan tertentu bagi kehidupan anak,
karena keluargalah yang pertama menerima anak pada saat melahirkankannya, yang
memelihara dan memberi perlindungan terhadap anak itu, oleh karenanya keluarga
sebagai peletak dasar bagi keseluruhan pendidikan terutama berkenaan dengan
kepribadian anak. Dalam keluarga si anak terus menerus mendapatkan pengalaman
dari orang tuanya. Pengaruh yang diterima anak dalam keluarganya lebih banyak
kalau dibanding dengan pengaruh dari luar.”
Dengan demikian, keluarga merupakan sumber pendidikan
utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual anak diperoleh
pertama‑tama dari orang tua dalam keluarganya. Menyadari akan pentingnya
pendidikan, maka pembinaan potensi dasar bagi anak menjadi tanggung jawab
keluarga, dan yang paling banyak berperan dalam hal ini adalah orang tua.
Tanggung jawab orang tua ini lebih didasarkan atas motivasi dan cinta kasih
sayang yang pada hakekatnya dijiwai oleh tanggung jawab moral. Secara sadar
orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai mampu
berdiri sendiri atau dewasa.
Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT dalam Al- Qur an
surat An- Nisa ayat 9;
وَلۡيَخۡشَٱلَّذِينَ لَوۡ
تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ
فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Namun pada kenyataannya tidak semua orang tua mampu
mewujudkan kewajiban yang diembannya itu secara sempurna. Banyak hal yang
mengakibatkan mereka gagal dalam membimbing anak‑anaknya. Di antara kegagalan
itu adalah berpangkal pada faktor latar belakang pendidikan keagamaan orang
tua, sehingga tidak sedikit anak menjadi korban dari kegagalan orang tua
seperti itu. Jadi untuk membentuk kepribadian anak yang baik diperlukan kondisi
keluarga yang baik pula. Orang tua yang berlatar belakang pendidikan
kegamaannya baik akan lebih memungkinkan memberikan epek yang baik bagi akhlak
anak.
Kalau begitu, secara teoritik dapat diduga bahwa apabila
anak yang tinggal bersama orang tua yang berlatar belakang pendidikan
keagamaannya baik, maka ia akan memperoleh perhatian dan pendidikan yang baik
serta akan mempunyai akhlak baik pula. Demikian pula sebaliknya, anak yang
tinggal bersama orang tua yang berlatar belakang pendidikan keagmaannya kurang,
maka ia akan kurang mendapatkan perhatian dan kurang mendapatkan pendidikan
yang baik serta berpengaruh terhadap akhlaknya. Kenyataan seperti ini pada
saatnya akan mempengaruhi terhadap akhlak anak.
Kajian teoritik di atas menarik untuk dijadikan dasar
empirik, khususnya yang melibatkan orang tua dari warga masyarakat Pondok Asri
Cikawao. Berdasarkan keterangan
dari Ketua RW, lebih kurang 60% dari warganya yang berasal dari keluarga
yang berlatar belakang pendidikan keagamaanya kurang baik, dan 40 % lagi
berasal dari keluarga yang berlatar belakang pendidikan keagamannya baik.
Dengan menyoroti perbedaan latar belakang keluarga seperti itu, penulis ingin
mengetahui lebih jauh tentang akhlak
anak-anak di Pondok Asri Cikawao, khususnya pada anak usia sekolah dasar.
Namun pada kenyataannya, pada satu pihak banyak anak
yang memiliki orang tua yang menurut dugaan sebenarnya mereka mempunyai orang
tua yang berlatar pendidikan keagamaan kurang baik, akan tetapi dalam berakhlak
lebih baik dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua yang berlatar
belakang pendidikan agamanya baik.
Fenomena di atas memang baru merupakan hasil studi
pendahuluan. Masalahnya, apakah kesenjangan sosial seperti itu betul‑betul
tempantul dalam kenyataan, sehingga kalau diperifikasikan menarik untuk
dipelajari secara mendalam? Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji
lebih dalam tentang sejauh mana kebenaran teori yang menyatakan bahwa anak-anak
di Pondok Asri Cikawao yang memiliki orang tua yang berlatar belakang
pendidikan keagamaannya baik akan lebih baik akhlaknya daripada anak yang
meiliki orang tua yang latar belakang pendidikan keagamannya kurang baik.
Dari hal tersebut di atas, maka penulis akan membawa
permasalahan kesenjangan akhlak anak ini dalam suatu skripsi yang berjudul: “Latar
Belakang Pendidikan Keagamaan Orang Tua Pengaruhnya terhadap Perilaku
Akhlak Anak Usia Sekolah Dasar”
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam
penelitian ini penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana latar belakang pendidikan keagamaan
orang tua orang tua di Pondok Asri Cikawao?
2.
Bagaimana perilaku akhlak anak-anak
usia sekolah dasar?
3.
Bagaimana pengaruh latar belakang
pendidikan keagamaan orang tua terhadap perilaku akhlak anak usia sekolah dasar
di Pondok Asri Cikawao?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana
latar belakang pendidikan keagamaan orang tua di Pondok Asri Cikawao.
2. Untuk mengetahui bagaimana
perilaku akhlak anak-anak usia sekolah dasar.
3. Untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh latar pendidikan keagamaan orang tua pengaruhnya terhadap
perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di Pondok Asri Cikawao.
D.
Kerangka Pemikiran
Secara kronologis, baik atau buruknya perilaku akhlak
anak itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis besar, faktor- faktor
itu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berpangkal dari dalam diri warga itu sendiri, seperti dorongan
(motivasi) yang tumbuh dalam diri warga tersebut. Faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang datangnya dari luar diri warga, seperti lingkungan keluarga,
sarana dan fasilitas yang tersedia.
Yang menarik perhatian penulis dari sekian banyak faktor
tersebut adalah latar belakang pendidikan keagamaan orang tua. Orang tua
merupakan lingkungan yang pertama dan utama yang mempengaruhi perkembangan anak
secara menyeluruh. Orang tua merupakan tempat meletakkan dasar‑dasar
perkembangan, kedisiplinan serta kepribadian. Dalam penelitian ini penulis
membuat dua fariabel, variable X dan Y. Latar Belakang Pendidikan Keagamaan
Orang Tua (variable X) dan Akhlak Anak Usia Sekolah Dasar (variable Y). Dari
masing-masing variable tersebut ditentukan indikator-indikator penilaian.
Misalnya indikator dari variable X; suka mengaji, suka mendengarkan ceramah
agama, suka bertanya soal agama, pernah masantren, dsb. Sedangkan indikator
dari variabel Y antara lain patuh dan hormat kepada orang tua, tidak suka
bohong, jujur, suka menolong, rajin melaksanakan ibadah, dsb. Indikator-indikator
ini selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan penilaian kepada responden, sebab
soal-soal untuk pertanyaan angket nantinya akan diambil dari banyaknya
indikator.
Untuk lebih jelasnya, penjelasan di atas bisa
digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut:
|
KORELASI
|
|
PRILAKU
AKHLAK ANAK
|
|
AKHLAK ANAK
USIA SEKOLAH DASAR (Y)
|
|
LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ORANGTUA(X)
|
E.
Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan
atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti, dan harus diuji
melalui penelitian (Moharnmad Ali, 1982:50).
Sementara
itu, dalam kerangka pemikiran telah terungkap suatu acuan teori bahwa apabila
anak yang latar belakang pendidikan keagamaan orang tuanya baik, maka ia akan
memperoleh perhatian dan kedisiplinan yang lebih. Karena itu, penelitian ini
akan bertolak dari hipotesis perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di Pondok
Asri Cikawao yang memiliki orang tua yang latar belakang pendidikan
keagamaannya baik akan lebih baik
akhlaknya apabila dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar yang memiliki orang
tua yang latar belakang pendidikan keagamaannya kurang baik. Maka hipotesis
yang diajukan adalah “semakin baik latar pendidikan keagamaan orang tua maka akan semakin baik pula akhlak anak.
F.
Langkah‑langkah Penelitian
Untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam penelitian ini, diambil langkah‑langkah sebagai berikut:
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini
ada dua, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data
yang berbentuk permaparan (narasi) yang logis disertai sumber rujukan yang
akurat, dan bukan berbentuk angka‑angka (perhitungan). Adapun data kualitatif
dalam penelitian ini akan diperoleh melalui teknik observasi dan wawasan.
Sedangkan data kuantitatif adalah data yang bersumberkan pada perhitungan nilai
atau angka yang diolah berdasarkan rumusan perhitungan tertentu[3].
Data kuantitatif ini bersumberkan pada hasil pengolahan data yang diperoleh
melalui teknik tes. Jenis data yang akan digunakan oleh penulis adalah jenis
data kuantitatif.
Lokasi
Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini
dipusatkan pada warga di Pondok Asri Cikawao, Desa Nagrak, Kecamatan
Pacet-Kabupaten Bandung. Hal ini berdasarkan pertimbangan penulis antara lain
lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh penulis, dan yang paling penting
adalah karena penulis adalah bagian dari warga tersebut, dan karena penulis
melihat bahwa perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di komplek Pondok Asri
Cikawao dipandang patut untuk diteliti.
a. Populasi
Populasiadalah keseluruhan subjek penelitian[4].
Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua
penduduk Komplek Pondok Asri Cikawao.
Menurut keterangan Ketua Rukun Warga, Pondok Asri
Cikawao adalah sebuah pemukiman yang terdiri atas satu RW dan empat RT yaitu RW
13. Jumlah keseluruhan warga Pondok Asri
Cikawao adalah 700 jiwa, terdiri atas penduduk laki-laki 358 orang dan penduduk
perempuan 342 orang.
Dari 700 warga tersebut, ada 400 orang tua, jadi yang
dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah 400 orang tua.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Tentang sampel
Arikunto mengatakan, Jika populasinya lebih dari seratus, maka untuk sampel
bisa diambil 10-15%, 15-20%, 20-30%, dan seterusnya, dan jika populasinya
kurang dari 100 maka seluruhnya harus diteliti sehingga penelitiannya berbentuk
penelitian populasi.
Dalam penelitian ini penulis mengamil sampel 10% dari
populasi 400 orang, yaitu 40 orang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Surakhmad (1990:140) mengemukakan tentang ciri‑ciri metode
deskriptif sebagai berikut:
1)
Memusatkan diri pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang, pada masalah‑masalah yang aktual.
2)
Data‑data yang dikumpulkan mula‑mula
disusun, dijelaskan, kemudian dianalisa. Karena itu metode ini disebut metode
analitik.
Penelitian ini termasuk untuk rnengungkap kebenaran
teori yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara perilaku akhlak anak usia
sekolah dasar yang orang tuanya berlatar belakang pendidikan agamanya baik
dengan anak yang orang tuanya berlatar belakang pendidikan keagamannya kurang
baik. Untuk membuktikan kebenaran teori di atas, maka penulis mencoba
membandingkan perilaku akhlak anak usia sekolah dasar tersebut. Karena hal ini
sesuai dengan bidang kajian keilmuan yang penulis tempuh saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar