Senin, 10 April 2017

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR


Bismillahirromanirrohiim
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat  Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan bagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Srtudi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Baitul Arqom Al-Islami.
 Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun sistematika penulisannya. Namun demikian, berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1.        Bapak Drs. Oop Farouk, M.M. selaku pembimbing I yang telah memberi arahan, bimbingan, dan dorongan yang sangat berarti bagi penulis.
2.        Bapak Drs. KH. Ridwan Sofwan, M.M.Pd selaku pembimbing II yang dengan penuh ikhlas telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.
3.        Seluruh dosen di Program studi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Baitul Arqom yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis.
4.        Kepala Desa Nagrak beserta segenap perangkat pemerintahan desanya, segenap masyarakat Pondok Asri Cikawao beserta unsur tokoh masyarakatnya.
Akhirnya, rasa syukur dan terima kasih, juga penulis sampaikan kepada suamiku ter
cinta beserta anak-anakku tersayang yang tiada henti-hentinya berdo’a serta memberi dorongan dan semangat kepada penulis. Harapan dan do’a penulis, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan taufik hidayah-Nya dan berkenan memberikan balasan berlipat ganda kepada mereka. Amiin ya Robbal ‘alamiin.

Pacet, Juni 2014,                                                                                                    penulis




ABSTRAKSI


L
atar Belakang Pendidikan Keagamaan Orang Tua pengaruhnya terhadap Perilaku Anak Usia Sekolah Dasar”Resume ini diambil dari hasil perhitungan angket terhadap tiga aspek. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 61,8. Angka tersebut dalam skala penelitian berada pada rentang 61 – 80 dengan kualifikasi tinggi. Artinya latar belakang pendidikan keagamaan orang tua berpengaruh terhadap perilaku akhlak anak usia sekolah dasar
Di samping hal di atas ada dorongan atau penguat yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. Sikap belajar yang demikian, dapat menghasilkan perubahan yang demikian akan menghasilkan sebuah perubahan yang menyeluruh meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pendidikandikatakan berhasil apabila usaha mendidik yang dilakukan berbanding dengan perilaku akhlak yang dihasilkan. Keberhasilan pendidikan bergantung pada berbagai faktor dan kondisi yang mempengaruhi perilaku akhlak anak. Faktor dominan yang mempengaruhi tersebut ialah latar pendidikan keagamaan orang tua, karena orang tua merupakan salah satu pendidik pertama dan utama, yang sangat kuat yang menentukan keberhasilan perilaku akhlak anak.
Bertolak dari paparan di atas, penulis ingin mengetahui perilaku akhlak anak di Pondok Asri Cikawao Desa Nagrak, Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung yang memiliki orang tua yang berlatar belakang pendidikan keagamaan.
Penulis mengajukan hipotesis bahwa latar belakang pendidikan keagamaan orang tua akan mempengaruhi perilaku akhlak anak usia sekolah dasar. Berdasarkan perhitungan statistic, variable X dan variable Y berada pada criteria sedang. Hal ini berdasar pada perhitungan dari korelasi antara kedua variable yang hasilnya 0,58 berada di kriteria sedang sebab berada di interval antara 0,41 – 0,60. Jika diprosentasekan pengaruhnya sebesar 19%.
Realisasi aspek kognisi anak usia sekolah dasar dalam perilaku akhlaknya tergolong tinggi pula. Kesimpulan ini diambil dari hasil perhitungan angket dari enam indikator. Hasil perhitungan diperoleh rata-rata dalam skala penilaian berada di rentang 72,8 dengan kualifikasi sedang.
Antara latar belakang pendidikan keagamaan orang tua dengan perilaku akhlak anak usia sekolah dasar terdapat hubungan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan koefisien kedua variable yang mencapai angka 0,58 dengan kualifikasi sedang karena berada pada angka interval 0,41 - 0,60. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu semakin baik latar belakang pendidikan keagamaan orang tua maka akan semakin baik pula prilaku akhlak anak usia sekolah dasar. Ada pun derajat pengaruh dari variable X terhadap variable Y dalam penelitian ini sebesar 19%. Dengan demikian, masih ada 81% faktor lain yang mempengaruhi aspek kognisi pada anak usia sekolah dasar.


BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal melalui tahap demi tahap, baik itu perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani. Proses perkembangan itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Untuk kepentingan hidup, Tuhan telah memberikan kemampuan‑kemampuan berkembang pada individu itu ada yang bersifat native (dasar), dan ada yang bersifat acquired (diperoleh melalui proses belajar).[1]
Upaya yang dianggap tepat untuk mengarahkan individu itu adalah melalui pendidikan, baik formal maupun non formal. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Setiap anggota masyarakat wajib mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga dalam kehidupannya dapat mengarahkan tujuannya ke arah kemajuan dan perkembangan yang positif, yaitu menuju pembaharuan hidup yang lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam pendidikan, manusia dituntut supaya benar‑benar menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas, terampil dan dapat mempertinggi budi pekerti.
Keberhasilan suatu pendidikan tidak bergantung kepada pembawaan anak didik saja, melainkan juga peran serta lingkungan masyarakat, adat istiadat dan keluarga[2]. Salah satu faktor pendukung  dalam keberhasilan pendidikan adalah keluarga. Keluarga merupakan  lingkungan pertama dan utama yang sangat mempengaruhi perkembangan anak secara menyeluruh. Keluarga merupakan tempat meletakkan dasar­-dasar perkembangan, kedisiplinan dan kepribadian anak yang dilakukannya. Oleh sebab itu, keluarga sering disebut pondasi bagi pendidikan. Sehubungan dengan itu Simanjuntak (1983:11) mengatakan bahwa:
“Keluarga merupakan lingkungan tertentu bagi kehidupan anak, karena keluargalah yang pertama menerima anak pada saat melahirkankannya, yang memelihara dan memberi perlindungan terhadap anak itu, oleh karenanya keluarga sebagai peletak dasar bagi keseluruhan pendidikan terutama berkenaan dengan kepribadian anak. Dalam keluarga si anak terus menerus mendapatkan pengalaman dari orang tuanya. Pengaruh yang diterima anak dalam keluarganya lebih banyak kalau dibanding dengan pengaruh dari luar.”

Dengan demikian, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual anak diperoleh pertama‑tama dari orang tua dalam keluarganya. Menyadari akan pentingnya pendidikan, maka pembinaan potensi dasar bagi anak menjadi tanggung jawab keluarga, dan yang paling banyak berperan dalam hal ini adalah orang tua. Tanggung jawab orang tua ini lebih didasarkan atas motivasi dan cinta kasih sayang yang pada hakekatnya dijiwai oleh tanggung jawab moral. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai mampu berdiri sendiri atau dewasa.
Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT dalam Al- Qur an surat An- Nisa ayat 9;
وَلۡيَخۡشَٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩


Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Namun pada kenyataannya tidak semua orang tua mampu mewujudkan kewajiban yang diembannya itu secara sempurna. Banyak hal yang mengakibatkan mereka gagal dalam membimbing anak‑anaknya. Di antara kegagalan itu adalah berpangkal pada faktor latar belakang pendidikan keagamaan orang tua, sehingga tidak sedikit anak menjadi korban dari kegagalan orang tua seperti itu. Jadi untuk membentuk kepribadian anak yang baik diperlukan kondisi keluarga yang baik pula. Orang tua yang berlatar belakang pendidikan kegamaannya baik akan lebih memungkinkan memberikan epek yang baik bagi akhlak anak.
Kalau begitu, secara teoritik dapat diduga bahwa apabila anak yang tinggal bersama orang tua yang berlatar belakang pendidikan keagamaannya baik, maka ia akan memperoleh perhatian dan pendidikan yang baik serta akan mempunyai akhlak baik pula. Demikian pula sebaliknya, anak yang tinggal bersama orang tua yang berlatar belakang pendidikan keagmaannya kurang, maka ia akan kurang mendapatkan perhatian dan kurang mendapatkan pendidikan yang baik serta berpengaruh terhadap akhlaknya. Kenyataan seperti ini pada saatnya akan mempengaruhi terhadap akhlak anak.
Kajian teoritik di atas menarik untuk dijadikan dasar empirik, khususnya yang melibatkan orang tua dari warga masyarakat Pondok Asri Cikawao.  Berdasarkan keterangan dari  Ketua RW, lebih kurang    60% dari warganya yang berasal dari keluarga yang berlatar belakang pendidikan keagamaanya kurang baik, dan 40 % lagi berasal dari keluarga yang berlatar belakang pendidikan keagamannya baik. Dengan menyoroti perbedaan latar belakang keluarga seperti itu, penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang  akhlak anak-anak di Pondok Asri Cikawao, khususnya pada anak usia sekolah dasar.
Namun pada kenyataannya, pada satu pihak banyak anak yang memiliki orang tua yang menurut dugaan sebenarnya mereka mempunyai orang tua yang berlatar pendidikan keagamaan kurang baik, akan tetapi dalam berakhlak lebih baik dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua yang berlatar belakang pendidikan agamanya baik.
Fenomena di atas memang baru merupakan hasil studi pendahuluan. Masalahnya, apakah kesenjangan sosial seperti itu betul‑betul tempantul dalam kenyataan, sehingga kalau diperifikasikan menarik untuk dipelajari secara mendalam? Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang sejauh mana kebenaran teori yang menyatakan bahwa anak-anak di Pondok Asri Cikawao yang memiliki orang tua yang berlatar belakang pendidikan keagamaannya baik akan lebih baik akhlaknya daripada anak yang meiliki orang tua yang latar belakang pendidikan keagamannya kurang baik.
Dari hal tersebut di atas, maka penulis akan membawa permasalahan kesenjangan akhlak anak ini dalam suatu skripsi yang berjudul: “Latar Belakang Pendidikan Keagamaan Orang Tua Pengaruhnya terhadap Perilaku Akhlak  Anak Usia Sekolah Dasar”

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana latar belakang pendidikan keagamaan orang tua orang tua di Pondok Asri Cikawao?
2.      Bagaimana perilaku akhlak anak-anak usia sekolah dasar?
3.      Bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan keagamaan orang tua terhadap perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di Pondok Asri Cikawao?

C.    Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan:
1.      Untuk mengetahui bagaimana latar belakang pendidikan keagamaan orang tua di Pondok Asri Cikawao.
2.      Untuk mengetahui bagaimana perilaku akhlak anak-anak usia sekolah dasar.
3.      Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh latar pendidikan keagamaan orang tua pengaruhnya terhadap perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di Pondok Asri Cikawao.

D.    Kerangka Pemikiran

Secara kronologis, baik atau buruknya perilaku akhlak anak itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis besar, faktor­- faktor itu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berpangkal dari dalam diri warga itu sendiri, seperti dorongan (motivasi) yang tumbuh dalam diri warga tersebut. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang datangnya dari luar diri warga, seperti lingkungan keluarga, sarana dan fasilitas yang tersedia.
Yang menarik perhatian penulis dari sekian banyak faktor tersebut adalah latar belakang pendidikan keagamaan orang tua. Orang tua merupakan lingkungan yang pertama dan utama yang mempengaruhi perkembangan anak secara menyeluruh. Orang tua merupakan tempat meletakkan dasar‑dasar perkembangan, kedisiplinan serta kepribadian. Dalam penelitian ini penulis membuat dua fariabel, variable X dan Y. Latar Belakang Pendidikan Keagamaan Orang Tua (variable X) dan Akhlak Anak Usia Sekolah Dasar (variable Y). Dari masing-masing variable tersebut ditentukan indikator-indikator penilaian. Misalnya indikator dari variable X; suka mengaji, suka mendengarkan ceramah agama, suka bertanya soal agama, pernah masantren, dsb. Sedangkan indikator dari variabel Y antara lain patuh dan hormat kepada orang tua, tidak suka bohong, jujur, suka menolong, rajin melaksanakan ibadah, dsb. Indikator-indikator ini selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan penilaian kepada responden, sebab soal-soal untuk pertanyaan angket nantinya akan diambil dari banyaknya indikator.
Untuk lebih jelasnya, penjelasan di atas bisa digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut:
KORELASI
PRILAKU AKHLAK  ANAK
AKHLAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR (Y)
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ORANGTUA(X)
 










E.     Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti, dan harus diuji melalui penelitian (Moharnmad Ali, 1982:50).
                      Sementara itu, dalam kerangka pemikiran telah terungkap suatu acuan teori bahwa apabila anak yang latar belakang pendidikan keagamaan orang tuanya baik, maka ia akan memperoleh perhatian dan kedisiplinan yang lebih. Karena itu, penelitian ini akan bertolak dari hipotesis perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di Pondok Asri Cikawao yang memiliki orang tua yang latar belakang pendidikan keagamaannya baik  akan lebih baik akhlaknya apabila dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar yang memiliki orang tua yang latar belakang pendidikan keagamaannya kurang baik. Maka hipotesis yang diajukan adalah “semakin baik latar pendidikan keagamaan orang tua  maka akan semakin baik pula akhlak anak.

F.     Langkah‑langkah Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini, diambil langkah‑langkah sebagai berikut:
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk permaparan (narasi) yang logis disertai sumber rujukan yang akurat, dan bukan berbentuk angka‑angka (perhitungan). Adapun data kualitatif dalam penelitian ini akan diperoleh melalui teknik observasi dan wawasan. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang bersumberkan pada perhitungan nilai atau angka yang diolah berdasarkan rumusan perhitungan tertentu[3]. Data kuantitatif ini bersumberkan pada hasil pengolahan data yang diperoleh melalui teknik tes. Jenis data yang akan digunakan oleh penulis adalah jenis data kuantitatif.
      Lokasi Penelitian
             Pelaksanaan penelitian ini dipusatkan pada warga di Pondok Asri Cikawao, Desa Nagrak, Kecamatan Pacet-Kabupaten Bandung. Hal ini berdasarkan pertimbangan penulis antara lain lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh penulis, dan yang paling penting adalah karena penulis adalah bagian dari warga tersebut, dan karena penulis melihat bahwa perilaku akhlak anak usia sekolah dasar di komplek Pondok Asri Cikawao dipandang patut untuk diteliti.

3.      Menentukan Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasiadalah keseluruhan subjek penelitian[4]. Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua penduduk Komplek Pondok Asri Cikawao.
Menurut keterangan Ketua Rukun Warga, Pondok Asri Cikawao adalah sebuah pemukiman yang terdiri atas satu RW dan empat RT yaitu RW 13.  Jumlah keseluruhan warga Pondok Asri Cikawao adalah 700 jiwa, terdiri atas penduduk laki-laki 358 orang dan penduduk perempuan 342 orang.
Dari 700 warga tersebut, ada 400 orang tua, jadi yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah 400 orang tua.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Tentang sampel Arikunto mengatakan, Jika populasinya lebih dari seratus, maka untuk sampel bisa diambil 10-15%, 15-20%, 20-30%, dan seterusnya, dan jika populasinya kurang dari 100 maka seluruhnya harus diteliti sehingga penelitiannya berbentuk penelitian populasi.
Dalam penelitian ini penulis mengamil sampel 10% dari populasi 400 orang, yaitu 40 orang.

4.      Menentukan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Surakhmad (1990:140) mengemukakan tentang ciri‑ciri metode deskriptif sebagai berikut:
1)        Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah‑masalah yang aktual.
2)        Data‑data yang dikumpulkan mula‑mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisa. Karena itu metode ini disebut metode analitik.
Penelitian ini termasuk untuk rnengungkap kebenaran teori yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara perilaku akhlak anak usia sekolah dasar yang orang tuanya berlatar belakang pendidikan agamanya baik dengan anak yang orang tuanya berlatar belakang pendidikan keagamannya kurang baik. Untuk membuktikan kebenaran teori di atas, maka penulis mencoba membandingkan perilaku akhlak anak usia sekolah dasar tersebut. Karena hal ini sesuai dengan bidang kajian keilmuan yang penulis tempuh saat ini.



[1]Effendi dan S. Praja (1984:51)
[2]A.G. Soejono, 1980
[3]Lexy, 1984:19
[4]Arikunto 1992:102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar