Kamis, 13 April 2017

MAKALAH PENTINGNYA MENGAMALKAN ILMU, HADIST TARBAWI

KATA PENGATAR


Puja dan puji hendaklah hanya dipanjatkan kepada Illahi Rabbi. Karena berkat rahmat, karunia, hidayah, serta inayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah tafsir tarbawi ini. Tentunya semua tercapai tak terlepas dari segala kemampuan dan keterbatasan yang penulis miliki.
Shalawat dan salam serta rasa rindu dan cinta semoga selalu tercurah limpah kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw, kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabi’tnya, dan Insya Allah telah sampai Risalahnya kepada kita selaku umatnya.
Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut andil memberi motivasi dan pengarahan dalam penyusunan makalah tafsir tarbawi. Sebuah harapan apabila makalah yang telah penulis susun bisa memberi manfaat khususnya bagi penulis, umumnya untuk pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam hal penyusunan makalah ini tidak terlepas dari yang namanya kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, yang mungkin masih jauh dari apa yang penulis harapkan. Maka saran dan kritik dari pembacalah yang kami harapkan demi perbaikan di waktu mendatang.
Pada akhirnya saran dan kritik membangun dari pembacalah yang dapat menyempurnakan makalah ini. Lebih dan kurang dari isi makalah ini, merupakan bukti adanya keinginan penulis untuk mengkaji dan menambah wawasan ilmu yang belum sepenuhnya kami miliki.

Bandung, April 2017

Penulis  



DAFTAR ISI

      



BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam islam , ilmu memiliki aksiologis yang sangat agung , karena dengan ilmulah semuanya berawal dalam meniti jalan suci ini . Selain itu ilmu juga dapat mengangkat  derajat bagi siapa saja yang memilikinya. Ungkapan ini bukan asal bunyi saja , namun memiliki alasan dan bukti mengapa orang berilmu bisa sampai dinaikkan derajatnya ? derajat mereka naik karena ilmu mereka yang membawa jiwa dan raga mereka ke tempat yang utama di pandangan manusia dan Tuhan .
Begitulah nikmatnya islam , sehingga segala tingkah laku kita diatur oleh islam , sampai pada ilmu pun Islam mengaturnya , mulai dari kewajiban menuntut ilmu , mengamalkan ilmu dan ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu . Hal tersebut harus kita pelajari secara mendetail sehingga kita tidak termasuk orang yang salah dalam memahami ilmu.
Ilmu yang kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi penolong bagi kita yaitu dengan cara mengamalkannya , baik dengan mengajarkannya maupun yang lainnya . Ilmu tersebut dapat menjadi boomerang bagi kita , jika kita tidak mengamalkan ilmu tersebut .Ada ungkapan “ jangan biarkan  satu orang pun tersesat karena ilmu yang kita peroleh tidak di amalkan “ .Begitulah pentingnya mengamalkan ilmu sehingga ada pahala yang menanti kita jika kita mengamalkan ilmu yang kita perolah ,namun sebaliknya disana juga telah menanti kehancuran yang sedang mengendap – ngendap di balik layar untuk menjerumuskan kita , jika kita tidak mengamalkan apa yang kita pelajari .

  B.          Rumusan masalah

                Berdasarkan uraian latar belakang masalah , agar kajiannya fokus maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut :
              1. Bagaimanakah urgensi mengamalkan ilmu?
             2. Sebutkan ayat-ayat didalam al-Qur’an yang berkaitan dengan pentingnyamengamalkan ilmu?
       3.  Bagaimanakah hukum dan ancaman-ancaman bagi seorang  muslim yang tidak mengamalkan ilmunya?

C.         Tujuan Penulisan

             Dari rumusan masalah di atas ,penulisan makalah ini bertujuan untuk :
            1.  Mengetahui urgensi mengamalkan ilmu.
            2.  Menyebutkan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan pentingnya mengamalkan ilmu.
        3.  Mengetahui hukum-hukum dan ancaman-ancaman bagi seorang muslim yang tidak mengamalkan ilmunya


BAB II PEMBAHASAN

A.     Urgensi Mengamalkan Ilmu

     Ilmu yang telah kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi penolong bagi kita, yaitu dengan cara mengamalkannya, baik dengan mengajarkannya maupun yang lainnya. Jika anda memahamkan sesuatu secara lisan kepada seseorang ,maka sesungguhnya orang itu tidak belajar selamanya . Hal ini merupakan fardhu ‘ain bagi setiap Muslim. Mengingat adanya ancaman-ancaman di dalam al-Qur’an bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya padahal ia mengetahui ilmu tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ

,”Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih) .

B.     Ayat-Ayat yang Menyatakan Pentingnya Mengamalkan Ilmu

Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.
Dalam konteks ini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw :”Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.”             Atas dasar itu semua, Al-Quran memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan ciri tertentu pula, antara lain yang paling menonjol adalah sifat khasyat (takut dan kagum kepada Allah) sebagaimana ditegaskandalamfirman-Nya,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama”(QS.Fathir[35]:28).           
              Dalam konteks ayat ini, ulama adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam.Rasulullah Saw. menegaskan bahwa: “Ilmu itu ada dua macam, ilmu di dalam dada, itulah yang bermanfaat, dan ilmu sekadar di ujung lidah, maka itu akan menjadi saksi yang memberatkan manusia.
Berikut ini adalah diantara ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan tentangpentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh:
1.      Surat al-fatihah ayat 7
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Penggalan “…..jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka,” menafsirkan “ jalan yang lurus”. Orang-orang yang telah dianugerahi nikamat oleh Alloh, seperti :
“ Dan barangsiapa mentaatai Alloh dan Rosul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang yang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Alloh, dan Alloh cukup mengetahui,” (an-Nisa: 89-70)
Adh-Dahhak namenceritakan dari Ibnu Abbas,” jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya karena menaati dan menyembah-Mu, yaitu dari kalangan para malaikat-Mu, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang soleh.” Hal ini sama dengan firman Robb kita,’
Hamid bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, ia berkata,” Saya bertanya kepada Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam. Tentang “ Bukan (jalan) mereka yang dimurkai...., beliau bersabda, yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya tentang “...bukan (pula jalan) mereka yang sesat.’ Beliau bersabda,” kaum Nashroni adalah orang-orang yang sesat.’ Begitu pula hadits yang diriwayatkan’.” Beliau bersabda,’kaum kaum nashroni adalah orang-orang yang sesat.’ Begitu pula hadits yang diriwayatkan oleh Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata,” saya bertanya kepada Rasulullohsholallohu ‘alaihi wasallam. Tentang orang-orang yang dimurkai, beliau bersabda,’kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang sesat, beliau bersabda,’ kaum Nashroni.
Surat al-fatihah ayat ke-7 ini memberitahukan kepada kita bahwa ada 3 golongan yang berbeda nasib:
1.      Orang yang telah dianugerahkan nikmat kepada mereka. Merekalah orang yang beruntung karena mereka mempunyai ilmu akan kebenaran dan pengamalannya dari ilmu tersebut.
2.      Orang Yahudi, mereka adalah orang yang mempunyai ilmu tetapi tidak beramal dengannya sehingga mereka berhak mendapat murka Alloh.
3.      Orang Nashroni, mereka adalah orang yang tidak mempunyai ilmu tetapi mereka beramal tanpa ilmu, sehingga mereka diklaim sebagi orang yang sesat bahkan bias menyesatkan orang lain.
Bertumpu pada hal tersebut maka seyogianya kita sebagai seorang Muslim untuk mengikuti langkah orang yang telah dianugerahkan nikmat kepada mereka, karena mereka mempunyai ilmu dan beramal dengan ilmu tersebut.

2.      Qur’an Surat At-Taubah ayat 122

وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Ayat ini merupakan penjelasan dari Alloh Ta’ala bagi berbagai golongan penduduk Arab yang hendak berangkat bersama Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam ke perang Tabuk. Sesungguhnya , ada segolongan ulama salaf yang berpendapat bahwa setiap muslim wajib berangkat untuk berperang, apabila
Rasululloh pun berangkat. Oleh karena itu, Alloh Ta’ala berfiraman,” Maka, pergilah kamu semua dengan ringan maupun berat.” (At-Taubah:41).
Surat at-taubah di atas dinasakh oleh firman Alloh “ tidak sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang arab Badui yang berdiam di sekitar mereka tidak turut menyertai Rasululloh.” (at-taubah;120). Pendapat lain mengatakan: semua golongan dari penduduk Arab yang muslim wajib berangkat perang. Kemudian, dari sekian golongan itu harus ada yang menyertai Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallamguna memahami agama lewat wahyu yang diturunkan kepadanya, kemudian mereka dapat memperingatkan kaumnya apabila mereka telah kembali, yaitu ihwal persoalan musuh.
Ayat ini menerangkan tentang kewajiban seluruh kaum muslimin arab untuk mengikuti perang bersama Rasululloh. Kemudia dari sekian golongan itu harus ada yang berdiam diri untuk menimba ilmu dari Rasullulloh Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam ..
Dalam ayat ini adalah kalimat (untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali). Maka jelaslah pentingnya orang yang menuntut ilmu kemudian mengamlakan ilmunya tersebut dengan cara mengajarkannya (memberi peringatan) kepada kaumnya. Sehingga ilmu tersebut bisa berguna bagi dirinya dan orang lain.  Tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar seluruh kaum mukmin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya kepada seluruhumatmanusia. 

3.      Al-Qur’an Surat Al-‘Ashr ayat 3
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Ayat ini menyebutkan tentang kriteria orang-orang yang terbebas dari justifikasi“rugi”. Diantaranya ada dua syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang hamba yakni sebagai berikut:
1.      Iman
Syarat pertama, yaitu beriman kepada Allah swt. Dan keimanan ini tidak akan terwujud tanpa ilmu, karena keimanan merupakan cabang dari ilmu dan keimanan tersebut tidak akan sempurna jika tanpa ilmu.  Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama). Seorang muslim wajib (fardhu ‘ain) untuk mempelajari setiap ilmu yang dibutuhkan oleh seorang mukallaf dalam berbagai permasalahan agamanya, seperti prinsip keimanan dan syari’at-syari’at Islam, ilmu tentang hal-hal yang wajib dia jauhi berupa hal-hal yang diharamkan, apa yang dia butuhkan dalam mu’amalah, dan lain sebagainya.

2.      Amal
Syarat yang kedua adalah amal. Seorang tidaklah dikatakan menuntut ilmu kecuali jika dia berniat bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu tersebut. Maksudnya,  seseorang dapat mengubah ilmu yang telah dipelajarinya tersebut menjadi suatu perilaku yang nyata dan tercermin dalam pemikiran dan amalnya.
Mengenai ayat ini, Ibnu Katsir  mengungkapkan di dalam tafsirnya: 
Dengan demikian Alloh memberikan pengecualian dari kerugian itu kepada orang-orang yang beriman dengan hati mereka, dan mengerjakan amal shaleh dengan anggota tubuh mereka, mewujudkan semua bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan, dan bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan-gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang mengamalkan amal ma’ruf dan nahi munkar.
      Hadits yang Berkaitan dengan Pentingnya Mengamalkan Ilmu
من يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan membuat dia faqih (paham) tentang ilmu agama.”(HR Bukhari dan Muslim).
Jika seorang mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang seperti itu bukanlah seorang yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan memahami isi kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang qori saja. Orang  fakih adalah orang yang mengamalkan ilmunya
 Dari sinilah kejelasan informasi yang disampaikan oleh Ibnu Mas’ud yang hendak memberitahukan kepada kita tentang pentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita perolah. Sehingga kita menjadi orang yang dikatakan faqih dalam hadits tersebut, bukan seorang Qori yang hanya membaca saja tanpa ada amal yang ia lakukan dari ilmu tersebut.
Orang-orang seperti mereka ini terbagi kepada dua kelompok:
1.      Sekelompok orang yang mengerti dan memahami serta mengamalkan al-quran dan sunnah kemudian mengajarkannya kepada orang lain.
2.     Sekelompok orang yang hanya mampu menyampaikannya saja. Contohnya seperti orang yang meriwayatkan dan menghafal sebuah hadits, namun tidak memahaminya.
            Dari Ibnu Mas’ud Ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu hasud kecuali dalam dua hal : orang yang diberi kekayaan allah, maka dipergunakan untuk membela haq kebenaran, dan orang yang diberi oleh allah ilmu pengetahuan, hikmah maka diajarkan kepada semua orang.” (HR.Bukhari Muslim)
            Dari Abdullah Bin Amru Bin Al-ash Ra. Berkata : Bersabda  Nabi SAW : “Sampaikanlah dari ajaranku walaupun hanya satu ayat, dan ceritakan tentang bani israil dengan tiada terbatas dan siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja hendaknya menentukan tempatnya dalam api neraka.” (HR. Bukhari).

           
Dari Abu Hurairah Ra. Bahawasanya Rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa menempuh suatu jalan berpegian dengan maksud mencari ilmu, niscaya allah memudahkan baginya jalan ke surga” (HR. Muslim).

            Dari Abu Darda Ra. Berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW Bersabda : “Siapa yang melalui jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya menaungi para pelajar karena senang dengan perbuatan mereka. Dan seseorang yang berilmu (alim) dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi danikan-ikandidalamair.”

            Abu Umamah Ra. Berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : “Kelebihan orang ‘almi (berilmu pengetahuan) dari orang yang ibadah, bagaikan kelebihanku terhadap orang yang terendah di antara kamu, kemudian Nabi bersabda : “Sesungguhnya allah dan para malaikatnya dan semua penduduk langit dan bumi hingga semut yang di dalam lobangnya dan ikan-ikan selalu mendo’akan kepada guru yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).

            Dari Abu Hurairah Ra. Berkata : Rasulullah SAW Bersabda : “Jika mati anak Adam (manusia) maka terputuslah amal usahanya kecuali tiga hal : sedekah yang berjalan terus (amal jariah), ilmu pengetahuan yang berguna, anak yang salehmendo’akanpadaNya.”(HR.Muslim).

            Dari Anas Ra Berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : “Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu ia berjuang Fi Sabilillah hingga kembali.” (HR Tirmidzi).
            “Kelebihan orang yang berilmu pengetahuan dengan orang yang beribadah bagaikan kelebihan sinar bulan atas lain-lain binatang. dan sesungguhnya ulama’ sebagai pewaris nabi-nabi, sesungguhnya nabi  tidak mewariskan uang dinar atau dirham hanya mereka mewariskan ilmu agama, maka siapa yang tela mendapatkannya berarti telah mengambil bahagiaan yang besar.” (HR.Abu Daud, danAt-Tirmidzi).

            Dan dari Ibnu Mas’ud Ra. Berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW Bersabda : “Allah akan memberi cahaya yang berkilauan pada orang yang telah mendengar ajaranku, lalu disampaikanya kepada orang lain sebagai mana pendengarnnya. Ada kalanya orang yang disapaikan padanya lebih mengerti dari padapendengaritusendiri.”(HR.Thirmidzi).

            Bersabda Rasulullah SAW “Tidurnya orang alim itu lebih utama dari ibadanyaorangbodoh.”
            Dari Ibnu Umar Ra. Berkata: “Bersabda Rasulullah SAW. : “Setiap sesuatu ada jalannya dan jalan ke surga adalah dengan ilmu.” (HR. Dailamy).
            "Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang berguna untuk Allah, Allah akan memberi pahala kebajikan penghuni dunia selama 7.000 tahun. Puasa siang harinya serta ibadah malam harinya selalu diterima Allah tanpa ada yang ditolak." (Hadist).

C.    Hukum Mengamalkan Ilmu dan Ancamannya

Mengamalkan ilmu merupakan suatu kewajiban pokok setiap Muslim. Adapun meninggalkannya memilki konsekuensi yang beragam, tergantung hukum dari amalan yang ditinggalkan, hukumnya bisa jadi kufur, maksiat, makruh, atau mubah.
1.      Meninggalkan beramal dengan ilmu yang merupakan kekufuran, seperti meninggalkan untuk mengamalkan tauhid. Seseorang mengetahui bahwasanya wajib mentauhidkan Allah dalam ibadah dan tidak boleh berbuat syirik, tetapi dia meninggalkan tauhid ini dengan melakukan perbuatan syirik, Maka dengan demikian dia telah terjatuh dalam kekufuran.
2.      Meninggalkan beramal dengan ilmu yang merupakan maksiat, seperti melanggar salah satu larangan Allah. Seseorang mengetahui bahwasanya khamr itu diharamkan. Tetapi dia malah meminumnya atau menjualnya. Maka orang ini telah jatuh dalam keharaman dan telah berbuat maksiat.
3.      Meninggalkan beramal dengan ilmu yang merupakan perbuatan makruh, seperti menyelisihi tuntunan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah tatacara ibadah. Seseorang telah mengetahui bahwasanya Rasulullah melakukan shalat dengan cara tertentu kemudian dia menyelisihinya, maka dengan penyelisihannya itu dia telah jatuh dalam perkara yang makruh.
4.      Meninggalkan beramal dengan ilmu bisa jadi mubah. Seperti tidak mengikuti Rasulullah dalam perkara-perkara yang merupakan kebiasaan Rasulullah yang tidak disunnahkan atau diwajibkan bagi kita untuk menirunya, seperti tatacara berjalan, warna suara dan semisalnya.
Sungguh sangat bagus ucapan Al-Fudhail Bin ‘Iyadh :
(لا يزال العالم جاهلاً حتى يعمل بعلمه فإذا عمل به صار عالماً)
“Seorang ‘alim tetap dikatakan jahil sebelum ia mengamalkan ilmunya, jika ia mengamalkannya maka barulah ia dikatakan seorang alim.”
Ucapan ini mengandung makna yang dalam. Seseorang mempunyai ilmu namun tidak diamalkan maka ia tetap dikatakan jahil (bodoh). Mengapa? Karena tidak ada yang membedakan antara dirinya dengan orang yang jahil (bodoh) jika dia memiliki ilmu tapi dia tidak mengamalkan ilmunya. Seseorang yang berlimu tidak dikatakan ‘alim / ulama yang tulen kecuali jika ia mengamalkan ilmunya.
            Beberapa ancaman yang diterangkan di dalam hadits untuk orang yang engganmengamalkanilmunya:
1.“Orang yang berilmu ilmu dan amal (masuk ke) dalam surga, maka apabila orang yang berilmu tidak mengamalkan (ilmunya) maka ilmu dan amal masuk ke surga dan orang yang berilmu masuk ke dalam neraka.” (HR. Ad-Dailami).


2.“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa ditanya tentang susuatu ilmu, kemudian ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat akan dikendalikan (diikat) mulutnya dengan kendali tali dari api neraka.” (HR.Abudauddantirmidzi).

3.“Dari Abdullah Bin Umar Ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa menyembunyikan suatu ilmu, maka allah akan mengendalikan (mengikat) mulutnya pada hari kiamat dengan tali kendali dari api neraka.” (HR. Ibnu Majah).

4.“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata : “Bersabda Rasulullah SAW. :  “Barang siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya ditujukan kepada allah, tiba-tiba ia tidak mempelajari itu untuk Allah (untuk agama Allah) hanya untuk mendapat kedudukan atau kekayaan dunia maka tidak akan mendapat baunya surga pada harikiamat.”(HR.AbuDaud).

5.Dari Abu Said Ra. Berkata : “Bersabda Rasulullah SAW. : ”Orang yang menyembunyikan ilmu maka dia mendapat kutukan dari segala sesuatu sehingga ikan dilaut dan burung di udara juga mengutuknya.” (HR.Abu Dzur)

6."Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang berguna, Allah Akan Memberi Pahala kebajikan penghuni dunia selama 7000 tahun. Puasa siag Harinnya serta ibadah malam harinya selalu diterima Allah tanpa ada yang di tolak" (Al-Hadist)
            Dari Usamah bin Zaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ ، فَيَقُولُونَ أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
“Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS Al-Shaff [61] ayat : 2-3)
“Mengapa kalian menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedang kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab? Maka tidakkah kalian berpikir?” (QS Al-Baqarah [2] ayat 44)
Rasulullah Saw bersabda : “Kami berlindung kepada Allah dari ilmu yang tiada bermanfaat, yaitu ilmu yang tidak diamalkan dengan ikhlas. Dan ketahuilah! Bahwa ilmu walaupun sedikit membutuhkan amal yang banyak, karena ilmu walaupun sedikit diwajibkan bagi pemiliknya untuk mengamalkannya sepanjang hidupnya.” (Al-Hayah 2: 274; Bihar al-Anwar 2 : 32)
Rasulullah Saw bersabda : “Perumpamaan orang yang mengetahui kebaikan tapi tidak mengamalkannya adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi orang banyak tapi justru membakar dirinya sendiri.” (Al-Hayah 2 : 278)
Imam Ali as berkata : “Rusaknya ilmu adalah karena meninggalkan amal.” (Ghurar al-Hikam : 136-137)
Imam Al-Shadiq as berkata : “Orang yang paling pedih azabnya (di neraka) adalah seorang yang berilmu (‘alim) tetapi ilmunya tidak memberikan manfaat baginya sedikit pun.” (Al-Hayah 2 : 276; Bihar al-Anwar 2 : 37)
Imam Ali as berkata : “Maka Allah mengutuk orang-orang bodoh karena mereka bergelimang maksiat dan Dia mengutuk orang-orang yang berilmu karena enggan mencegah perbuatan munkar!” (Nahjul Balaghah dengan komentar DR. Subhi Shalih, hlm. 299)

D.     Analisa Umum Mengenai Urgensi Mengamalkan Ilmu

Setelah kita mengkaji bersama, maka kita dapati betapa urgennya hal ini. Bisa dikatakan sebagai sebuah determinasi yang menyebabkan manusia mendapat kemuliaan yang besar ataukah kehinaan yang sangat rendah.
Adakalanya seorang hamba memperoleh suatu nilai dan kedudukan yang sangat tinggi disisi Robb-Nya karena ilmu yang telah ia amalkan di dalam kehidupannya. Dan adapula seorang hamba yang merugi, tertimbun dalam api penyesalan lantaran tidak mengamalkan ilmunya.
            Maka sebagai tholabul ‘ilm, hendaknya kita harus lebih berhati-hati. Jangan sampai ilmu yang kita dapatkan saat ini kelak akan menjadi sebuah bumerang mengerikan yang menyeret kita ke dalam api neraka. Na’udzu billahi min dzalik
            Ilmu hanya disebut ibadah dan terpuji apabila ilmu tersebut membuahkan amalan. Jika ilmu tidak membuahkan amal maka jadilah tercela dan akan menyerang pemiliknyaSungguh indah wasiat Al-Khathib al-Baghdadi kepada para penuntutilmu:

إِنِّي مُوصِيكَ يَا طَالِبَ الْعِلْمِ بِإِخْلَاصِ النِّيَّةِ فِي طَلَبِهِ، وَإِجْهَادِ النَّفْسِ عَلَى الْعَمَلِ بِمُوجَبِهِ، فَإِنَّ الْعِلْمَ شَجَرَةٌ وَالْعَمَلَ ثَمَرَةٌ، وَلَيْسَ يُعَدُّ عَالِمًا مَنْ لَمْ يَكُنْ بِعِلْمِهِ عَامِلًا، ... وَمَا شَيْءٌ أَضْعَفُ مِنْ عَالِمٍ تَرَكَ النَّاسُ عِلْمَهُ لِفَسَادِ طَرِيقَتِهِ ، وَجَاهِلٍ أَخَذَ النَّاسُ بِجَهْلِهِ لِنَظَرِهِمْ إِلَى عِبَادَتِهِ ...

وَالْعِلْمُ يُرَادُ لِلْعَمَلِ كَمَا الْعَمَلُ يُرَادُ لِلنَّجَاةِ ، فَإِذَا كَانَ الْعَمَلُ قَاصِرًا عَنِ الْعِلْمِ، كَانَ الْعِلْمُ كَلًّا عَلَى الْعَالِمِ ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عِلْمٍ عَادَ كَلًّا، وَأَوْرَثَ ذُلًّا، وَصَارَ فِي رَقَبَةِ صَاحِبِهِ غَلًّا ، قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِالْعِلْمُ خَادِمُ الْعَمَلِ، وَالْعَمَلُ غَايَةُ الْعِلْمِ

Aku memberi wasiat kepadamu wahai penuntut ilmu untuk mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu dan berusaha keras untuk mengamalkan konsekuensi ilmu. Sesungguhnya ilmu adalah pohon dan amal adalah buahnya. Seseorang tidak akan dianggap alim bila tidak mengamalkan ilmunya. Tidak ada yang lebih lemah dari kondisi seorang alim yang ditinggalkan ilmunya oleh masyarakat karena jalannya (yang kosong dari amal) dan seorang yang jahil yang diikuti kejahilannya oleh masyarakat karena melihat ibadahnya.”

Tujuan ilmu adalah amal, sebagaimana tujuan amal adalah keselamatan. Jika ilmu kosong dari amal maka ilmu itu akan menjadi beban (bumerang) bagi pemiliknya. Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang menjadi beban (bumerang) dan mendatangkan kehinaan, dan akhirnya menjadi belenggu di leher pemiliknya.
E.        Antusias dalam Menuntut Ilmu
            Ucapan oleh Khalifah Ali bin Abu Thalib: "Nilai setiap orang tergantung pada apa yang dia kuasai." Tidaklah ada satu kalimat pun yang lebih bisa memberikan semangat bagi penuntut ilmu daripada kalimat ini. Maka, waspadalah terhadap kesalahan orang yang berkata: "Generasi awal tidaklah meninggalkan apa pun untuk yang sesudahnya," akan tetapi lafazh yang benar adalah: "Berapa banyak yang ditinggalkan oleh generasi pertama untuk generasi berikutnya." Maka, kewajibanmu adalah memperbanyak belajar Sunnah Nabawiyah, dan curahkan kemampuanmu dalam menuntut, menimba, serta meneliti ilmu. Karena, setinggi apa pun ilmumu, engkau harus tetap ingat bahwa: "Berapa banyak yang masih ditinggalkan oleh generasi pertama untuk generasi selanjutnya."
kalimat yang paling bisa memberikan semangat belajar para penuntut ilmu adalah ilmu akan menjadi sebab diangkatnya derajat seseorang yang dikehendaki oleh ALLAH SWT ,yaitu orang-orang yang mempelajari ilmu agama yang benar dengan baik .firman Allah (yang artinya), ".... Katakanlah: 'Adaklah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ...." (Az-Zumar: 9).

Juga, firman-Nya, "... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ...." (Al-Mujaadilah: 11). Dan, sabda Nabi saw., "Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agama." (HR Bukhari dan Muslim). Dan, sabda beliau pula, "Ulama adalah pewaris para nabi." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ad-Darimi).







BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan di atas ,dapat disimpulkan bahwa :
1.    Mengamalkan ilmu merupakan fardhu ‘ain bagi setiap Muslim. Mengingat adanya ancaman-ancaman di dalam al-Qur’an bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya padahal ia mengetahui ilmu tersebut.
2.      Ayat-Ayat yang Menyatakan Pentingnya Mengamalkan Ilmu
      a.       Surat Al-Fatihah ayat 7
 “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”
     b.      Qur’an surat At-Taubah ayat 122
 “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
    c.       Al-Qur’an surat Al-‘Ashr ayat 3
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
3.      Hukum orang yang tidak mengamalkan ilmu
Meninggalkannya memilki konsekuensi yang beragam, tergantung hukum dari amalan yang ditinggalkan, hukumnya bisa jadi kufur, maksiat, makruh, atau mubah.
  4.   Analisa Umum Mengenai Urgensi Mengamalkan Ilmu Bisa dikatakan sebagai sebuah determinasi yang menyebabkan manusia mendapat kemuliaan yang besar ataukah kehinaan yang sangat rendah.
5. Kalimat yang paling bisa memberikan semangat belajar para penuntut ilmu adalah firman Allah (yang artinya), ".... Katakanlah: 'Adaklah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ...." (Az-Zumar: 9).

B. Saran

Pembaca diharapan mengoreksi kesalahan yang telah dibuat oleh penuis pada pembuatan makalah ini .

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul  Karim dan terjemahannya
Abdush Shobur dan Haifa Zahra Anggawie,”Sungguh Allah Sangat Merindukan Kita,”yang Belajar yang Berilmu(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014)
Bernard Shaw ,Perbarui Hidupmu,

Keisya Aviecenna,”Beauty Jannaty,”

Dr. Muhammad Al-Ghazali,”Perbarui Hidupmu,”

Ibid.,hlm.127


Tidak ada komentar:

Posting Komentar