KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang mengontruksi masyarakat liberal
berbasis akhlakul karim.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, Maret 2017
penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akhlak
merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang
sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan
aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan
dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak
ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan
syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah
karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku
seseorang.
Nabi
Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di
muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di
tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi
yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup
lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan
aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk
menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah
dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat
Islam pada waktu itu.
Tujuan
dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman
yang baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada
akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang
mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan
mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik
yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang ditekuninya di
kehidupannya kelak di tengah masyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akhlak ?
2. Bagaimana hubungan akhlak dengan akidah ?
3. Apa ciri-ciri dan macam-macam akhlakul karimah ?
4. Seperti apa ancaman akhlak dalam kehidupan modern ?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan tentang Konsep Akhlak Islam
2. Menjelaskan tentang Sumber Akhlak
3. Menjelaskan tentang Hubungan Akhlak dengan Aqidah
4. Menjelaskan tentang Ciri dan Macam-Macam Aklakul Karimah
5. Menjelaskan tentang Ancaman Akhlak dalam Kehidupan
Modern
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak
berasal dari bahasa arab, al-khulqu atau al-khuluq yang
berarti tingkah laku, perangai, watak atau kebiasaan. Menurut
al-ghozali akhlak diartikan suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian
dalam yang melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan
pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Di atas
sudah kita paparkan bahwa akhlak itu ada yang berupa pembawaan sejak lahir
manusia, ada pula diperoleh atau diupayakan dari lingkungan. Dalam
kaitannya untuk membentuk akhlak yang baik bagi siswa, tentunya banyak sekali
factor-faktor yang mempengaruhi terutama lingkungannya sendiri.
B. Karakteristik Akhlak Karimah
Adapun
akhlak Karimah dalam islam memiliki beberapa karakteristik sendiri yaitu :
1. Bersifat
universal
Akhlak
terpuji bersifat universal, artinya akhlak terpuji dapat diterapkan kepada
siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Akhlak tersebut juga meliputi hubungan
dengan Allah swt, sesama manusia maupun dengan alam.
Seorang
muslim tidak boleh memandang dari segi materi bilamana ingin berbuat baik pada
orang lain, karena dihadapan Allah SWT, manusia memiliki kedudukan yang sama,
namun yang membedakan adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta mengikuti
sunah-sunah Nabi Muhammad SAW.
Disisi
lain, keberadaan alam sekitar harus diperhatikan, karena kesalahan pada manusia
dalam mengolah alam akan berdampak buruk, misalnya banjir, tanah longsor,
kekeringan dan lain-lain.
2. Kesesuaian
dengan akal
Akhlakul
karimah dalam islam sesuai dengan akal, artinya tak ada perilaku yang
dianjurkan maupun dilarang lalu bertentangan dengan akal. misalnya larangan
menggunjingkan orang lain. Dalam al-qur’an disebutkan dalam surat al-Hujarat
ayat 12 sebagai berikut:
يأَيُّهَاالَّذِيْنَ
امَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعْضَ ا لظَّنِّ اِثْمٌ
وَّلَاتَجَسَّسُوْاوَلَايَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ
اَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْاالله
َاِنَّ اللهَ تَوَّابُ رَّحِيْمٌ.
Terjemahan
: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Hujarat:12)
3. bersifat
individu
Tanggung
Jawab akhlak bersifat individu, artinya bahwa akhlak seseorang harus
dipertanggungjawabkan sendiri,ini termaktub dalam al-Qur’an surat Fusilat ayat
46 sebagai berikut:
مَنْ
عَمِلَ صَلِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ اَسَأَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ
بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.
Terjemah
: Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya)
untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya
hamba-hambaNya.( QS, fusilat : 46)
4.
Pengawasan langsung oleh Allah SWT.
Pengawasan
akhlak tidak hanya dilakukan oleh seseorang saja, tapi diawasi oleh Allah swt.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
Menurut
H. A. Mustafa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada 6,
yaitu insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan
pendidikan.
1. Insting
Definisi
insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu
diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting
ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului
latihan perbuatan itu.
Pengertian
insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan
tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan
begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting
kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterima.
Dengan
demikian insting itu berbeda-beda bagi manusia sebagai kita katakan
diata. Kadang-kadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan
diberi kelemahan dalam insting lainnya. Demikian juga seorang telah kuat
instingnya sedang lain orang kelihatan lemah, dan begitu sebaliknya. Banyak
dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan keahlian
dalam cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat kelihatan
apabila seorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara
bagaimana memberi semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya dikerjakan dang
apa yang seharusnya ditinggalkan. Sehingga matanglah insting-instingnya.
Macam-macam
insting :
a.
Insting menjaga diri sendiri
b.
Insting menjaga lawan jenis
c.
Insting merasa taku
2. Pola
Dasar Bawaan
Pada
awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan
kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan.
Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam
keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada teori yang
mengemukakan masalah turunan, yaitu:
a. Turunan
(pembawaan) sifat-sifat manusia.
Dimana-mana
tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang bersamaan. Seperti
bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan sifat sifat manusia
yang diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam beberapa perkara,
sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.
b. Sifat-sifat
bangsa.
Selain
adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok
orang dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan
beberapa orang dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa
lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang
mengenai akal.
3. Lingkungan
Lingkungan
ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya
tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari negeri,
lautan, sungai, udara dan bangsa.
Lingkungan ada
dua macam, yaitu:
a. Lingkungan
alam
Lingkungan
alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga
sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya
membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka
tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan
yang ia hidup didalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubu
tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di dalam tanah, letaknya
negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan pelabuhan adalah
mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan
akhlak.
b. Lingkungan
pergaulan
Sekolah,
pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran-pikiran,
adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan
akhlak. Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia.
Manusia
dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam.
Apabila ia telah dapat mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang
banyak menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya
atau menyesuaikan diri kepadanya.
4. Kebiasaan
Ada
pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan,
berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang berbuat
baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a.
Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b.
Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan perbuatan, dan diulang terus menerus
Orang
yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada manfaatnya
dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan perasaan
suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa
diulang-ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai
karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang.
5. Kehendak
1. Pengertian
Suatu
perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh
berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain
sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adala detik hati,
bernafas dan gerak mata.
Ahli-ahli
mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya lebih kuat
meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.
Keinginan
yang kuat desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini
ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.
2. Kehendak
adalah kekuatan
Kehendak
adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik,
kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang
hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur
nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan
akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan
mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak
mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan
semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.
Ada
dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang
menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat,
seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah
perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.
3. Obat
kehendak
Bagaimana juga
kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:
a.
Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat
diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b.
Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada
ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan
kehendak.
c.
Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa
dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang
baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu,
dan menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa
dengan apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.
4. Kebebasan
berkehendak
Ahli
filsafat yunani setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu mereka dalam
memilih, dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani
suatu jalan yang tidak dapat dilampauinya.
Ilmuan
arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang
merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya.
Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas
gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut
kehendaknya.
Kedua
faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk
berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang
membentuk akhlak.
6. Pendidikan
Dunia
pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan
perubahan pada dirinya. Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan
pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan
menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsurdalam pendidikan,
untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1.
Tenaga pendidik
2.
Materi pengajaran
3.
Metodologis pengajaran
4.
Lingkungan sekolah
D. Macam-Macam Akhlakul Karimah
Dalam Al-Qur’an dan hadist banyak dijelaskan bagaimana perilaku
(akhlak) yang sesuai dengan aturan islam. Seperti misalnya di dalam Al-Qur’an
surat Asy-syams (91) : 7-10 yang berbunyi ::
Artinya
: “ Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunlah
orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah oarang mengotorinya.
“
Ayat di atas menunjukkan bahwa barang siapa ingin mencapai
kebahagiaan hidup, hendaknya dia mensucikan jiwanya dari sifat-sifat tercela dan
berusaha memiliki ketakwaan yang tinggi. Artinya, dia harus selalu berusaha
meningkatkan ketakwaan dengan cara yang benar.
Berkaitan dengan berbagai bentuk akhlakul karimah, ibnu Miskawaih
menunjukkan macam kebajikan sebagai berikut :
1.
Ke’arifan
ü Pandai
ü Ingat ( ad-dzikru)
ü Berfikir
ü Kejernihan fikiran, kesiapan jiw untuk menyimpulkan hal yang
dikehendaki.
ü Kemampuan belajar dengan mudah
2.
Kesederhanaan
ü Rasa Malu
ü Tenang
ü Sabar
ü Dermawan
ü Integritas
ü Luas
ü Loyal
ü Berdisiplin diri
ü Wara’
ü Anggun Berwibawa
3. Kebersihan
ü Tegar
ü Ulet
ü Tabah
ü Kebesaran jiwa
ü Menguasai Diri
ü Perkasa
4.
Kedermawanan
ü Murah Hati
ü Mementingkan orang lain
ü Rela
ü Berbakti
ü Tangan terbuka
5.
Keadilan
ü Bersahabat
ü Bersemangat sosial
ü Silaturahmi
ü Memberi Imbalan
ü Baik dalam bekerja sama
ü Kejelian dalam memutuskan persoalan
ü Cinta
ü Beribadah kepada allah
ü Taqwa
Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa untuk mencapai martabat manusia
sempurna harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Ø Isyqo Muhabbat, artinya kecintaan yang sangat mendala kepada allah
yang akan melahirkan rasa kasih sayang terhadap makhluk-makhluknNya.
Ø Syaja’ah, artinya keberanian yang tertanam di dalam pribadi
seseorang berani beramr ma’ru nahi munkar.
Ø Faqr, artinya orang yang memiliki pendirian yang teguh dan perwira
sehingga mempunyai rasa kemandirian yang tinggi, tidak suka tergantung kepada
orang lain.
Ø Tasamuh (Toleransi) artinya semangat tenggang yang ditebarkan
diantara sesama manusia sehingga mencegah terjadinya konflik yang
berkepanjangan.
Ø Kasbi halal, artinya usaha-usaha yang sesuai dengan ketentuan agama
(halal
Ø Kreatif, artinya selalu mencari hal-hal baru untuk meningkatkan
kualitas kehidupan
E. Ancaman Akhlak Dalam Kehidupan Modern (Liberalisasi)
Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa paling tidak ada macam ancaman
terhadap akhlak manusiia dalam kehidupan modern dewasa ini, yaitu sebagai
berikut :
a.
Annaniyyah
Annaniyah artinya individualisme,
yaitu faham yang berttitik tolak dari sikap egoisme, mementingkan dirinya
sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri. Orang-orang
yang berpendirian semacam ini tidak memiliki semangat ukhuah islamiyah, rasa
persaudaraan dan toleransi. Sehingga sulit untuk merasakan penderitaan orang
lain. Padahal seseorang baru dikatakan berakhlak mulia tatkala ia memperhatikan
nasib oran itu jua.
b.
madiyyah
Madiyyah artinya sikap materialistik
yang lahir dari kecintaan pada kehidupan duniawi yang berlebihan. Hal demikian dijelaskan oleh
Allah Q.S. Hud ( 11) : 15-16..
Artinya
: “ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscata
kami akan berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna. Dan mereka di dunia itu tidak akan di rugikan, kecuali neraka
usahakan di dunia dan sisia apa yang telah di harapkan.
c.
Naf”iyyah
nafsiyyah artinya pragmatis yaitu
cinta sesuatu hanya berdasrkan pada aspek kegunaan semata. Ketika ancaman ini
hanya berakhir di atasi manakala manusia memiliki pondas aqidah yang luas dan
senantiasa melakukan amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
Dunia
pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan
perubahan pada dirinya. Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan
pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan
menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk
bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1.
Tenaga pendidik
2.
Materi pengajaran
3.
Metodologis pengajaran
4.
Lingkungan sekolah


Tidak ada komentar:
Posting Komentar