Senin, 10 April 2017

MENGONTRUKSI MASYARAKAT LIBERAL BERBASIK AKHLAKUL KARIM

KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang mengontruksi masyarakat liberal berbasis akhlakul karim.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung,  Maret 2017
penyusun



DAFTAR ISI

 




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.
Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu.
Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian akhlak ?
2. Bagaimana hubungan akhlak dengan akidah ?
3. Apa ciri-ciri dan macam-macam akhlakul karimah ?
4. Seperti apa ancaman akhlak dalam kehidupan modern ?

1.3 TUJUAN

1. Menjelaskan tentang Konsep Akhlak Islam
2. Menjelaskan tentang Sumber Akhlak
3. Menjelaskan tentang Hubungan Akhlak dengan Aqidah
4. Menjelaskan tentang Ciri dan Macam-Macam Aklakul Karimah
5. Menjelaskan tentang Ancaman Akhlak dalam Kehidupan Modern



BAB 11

 PEMBAHASAN


A. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab, al-khulqu atau al-khuluq yang berarti  tingkah laku, perangai, watak atau kebiasaan. Menurut al-ghozali akhlak diartikan suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Di atas sudah kita paparkan bahwa akhlak itu ada yang berupa pembawaan sejak lahir manusia, ada pula diperoleh atau diupayakan dari lingkungan. Dalam kaitannya untuk membentuk akhlak yang baik bagi siswa, tentunya banyak sekali factor-faktor yang mempengaruhi terutama lingkungannya sendiri.

B. Karakteristik Akhlak Karimah

Adapun akhlak Karimah dalam islam memiliki beberapa karakteristik sendiri yaitu :
1.      Bersifat universal
Akhlak terpuji bersifat universal, artinya akhlak terpuji dapat diterapkan  kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Akhlak tersebut juga meliputi hubungan dengan Allah swt, sesama manusia maupun  dengan alam.
Seorang muslim tidak boleh memandang dari segi materi bilamana ingin berbuat baik pada orang lain, karena dihadapan Allah SWT, manusia memiliki kedudukan yang sama, namun yang membedakan adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta mengikuti sunah-sunah Nabi Muhammad SAW.
Disisi lain, keberadaan alam sekitar harus diperhatikan, karena kesalahan pada manusia dalam mengolah alam akan berdampak buruk, misalnya banjir, tanah longsor, kekeringan dan lain-lain.
2.      Kesesuaian dengan akal
Akhlakul karimah dalam islam sesuai dengan akal, artinya tak ada perilaku yang dianjurkan maupun dilarang lalu bertentangan dengan akal. misalnya larangan menggunjingkan orang lain. Dalam al-qur’an disebutkan dalam surat al-Hujarat ayat 12 sebagai berikut:

يأَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعْضَ ا لظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَاتَجَسَّسُوْاوَلَايَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا  اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ  وَاتَّقُوْاالله َاِنَّ اللهَ تَوَّابُ رَّحِيْمٌ.
Terjemahan : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Hujarat:12)
3.      bersifat individu
Tanggung Jawab akhlak bersifat individu, artinya bahwa akhlak seseorang harus dipertanggungjawabkan sendiri,ini termaktub dalam al-Qur’an surat Fusilat ayat 46 sebagai berikut:
مَنْ عَمِلَ صَلِحًا فَلِنَفْسِهِ  وَمَنْ اَسَأَ فَعَلَيْهَا  وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.  
Terjemah :  Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya.( QS, fusilat : 46)

4.   Pengawasan langsung oleh Allah SWT.
Pengawasan akhlak tidak hanya dilakukan oleh seseorang saja, tapi diawasi oleh Allah swt.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

Menurut H. A. Mustafa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada 6, yaitu insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan pendidikan.
1.       Insting
Definisi insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.
Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterima.
Dengan demikian insting itu berbeda-beda bagi manusia sebagai  kita katakan diata. Kadang-kadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam  insting lainnya. Demikian juga seorang telah kuat instingnya sedang lain orang kelihatan lemah, dan begitu sebaliknya. Banyak dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan keahlian dalam cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat kelihatan apabila seorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara bagaimana memberi semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya dikerjakan dang apa yang seharusnya ditinggalkan. Sehingga matanglah insting-instingnya.

Macam-macam insting :
a.       Insting menjaga diri sendiri
b.      Insting menjaga lawan jenis
c.       Insting merasa taku

2.      Pola Dasar Bawaan
Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:
a.       Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia.
Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan sifat sifat manusia yang diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam beberapa perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.
b.      Sifat-sifat bangsa.
Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok orang dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan beberapa orang dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.
3.      Lingkungan
Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.
Lingkungan ada dua macam, yaitu:
a.        Lingkungan alam
Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubu tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.
b.       Lingkungan pergaulan
Sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran-pikiran, adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak. Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia.
Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam. Apabila ia telah dapat mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau menyesuaikan diri kepadanya.
4.      Kebiasaan
Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan perbuatan, dan diulang terus menerus
Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan perasaan suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa diulang-ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang.
5.       Kehendak
1.       Pengertian
Suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adala detik hati, bernafas dan gerak mata.
Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.
Keinginan yang kuat desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.
2.       Kehendak adalah kekuatan
Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik, kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.
Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.
3.      Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:
a.      Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b.  Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.
c.   Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.
4.      Kebebasan berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat  bahwa kehendak itu mereka dalam memilih, dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak dapat dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.
Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk akhlak.

6.      Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan perubahan pada dirinya. Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsurdalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1.      Tenaga pendidik
2.      Materi pengajaran
3.      Metodologis pengajaran
4.      Lingkungan sekolah
   

D. Macam-Macam Akhlakul Karimah

Dalam Al-Qur’an dan hadist banyak dijelaskan bagaimana perilaku (akhlak) yang sesuai dengan aturan islam. Seperti misalnya di dalam Al-Qur’an surat Asy-syams (91) : 7-10 yang berbunyi ::
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmB1cJMME6h9MVxc7Su8gFDs4QbsOwiH9kpLvTdrgaNk8xn91EHKdX77F2457k7GnTZiLRrg9z6R4GZGpb2n5mnaFvX7MsqMv1D7XxXkcC0-lory4lRPUH8p95p07FKZmwmSofo_JB3RI8/s1600/Asy-Syams+(91)%2B7-10.PNG
Artinya : “ Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunlah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah oarang mengotorinya. “
Ayat di atas menunjukkan bahwa barang siapa ingin mencapai kebahagiaan hidup, hendaknya dia mensucikan jiwanya dari sifat-sifat tercela dan berusaha memiliki ketakwaan yang tinggi. Artinya, dia harus selalu berusaha meningkatkan ketakwaan dengan cara yang benar.
Berkaitan dengan berbagai bentuk akhlakul karimah, ibnu Miskawaih menunjukkan macam kebajikan sebagai berikut :
1. Ke’arifan
ü  Pandai
ü  Ingat ( ad-dzikru)
ü  Berfikir
ü  Kejernihan fikiran, kesiapan jiw untuk menyimpulkan hal yang dikehendaki.
ü  Kemampuan belajar dengan mudah
2. Kesederhanaan
ü  Rasa Malu
ü  Tenang
ü  Sabar
ü  Dermawan
ü  Integritas
ü  Luas
ü  Loyal
ü  Berdisiplin diri
ü  Wara’
ü  Anggun Berwibawa
3. Kebersihan
ü  Tegar
ü  Ulet
ü  Tabah
ü  Kebesaran jiwa
ü  Menguasai Diri
ü  Perkasa
4. Kedermawanan
ü  Murah Hati
ü  Mementingkan orang lain
ü  Rela
ü  Berbakti
ü  Tangan terbuka
5. Keadilan
ü  Bersahabat
ü  Bersemangat sosial
ü  Silaturahmi
ü  Memberi Imbalan
ü  Baik dalam bekerja sama
ü  Kejelian dalam memutuskan persoalan
ü  Cinta
ü  Beribadah kepada allah
ü  Taqwa
Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa untuk mencapai martabat manusia sempurna harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Ø  Isyqo Muhabbat, artinya kecintaan yang sangat mendala kepada allah yang akan melahirkan rasa kasih sayang terhadap makhluk-makhluknNya.
Ø  Syaja’ah, artinya keberanian yang tertanam di dalam pribadi seseorang berani beramr ma’ru nahi munkar.
Ø  Faqr, artinya orang yang memiliki pendirian yang teguh dan perwira sehingga mempunyai rasa kemandirian yang tinggi, tidak suka tergantung kepada orang lain.
Ø  Tasamuh (Toleransi) artinya semangat tenggang yang ditebarkan diantara sesama manusia sehingga mencegah terjadinya konflik yang berkepanjangan.
Ø  Kasbi halal, artinya usaha-usaha yang sesuai dengan ketentuan agama (halal
Ø  Kreatif, artinya selalu mencari hal-hal baru untuk meningkatkan kualitas kehidupan

E. Ancaman Akhlak Dalam Kehidupan Modern (Liberalisasi)
Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa paling tidak ada macam ancaman terhadap akhlak manusiia dalam kehidupan modern dewasa ini, yaitu sebagai berikut :
a. Annaniyyah
            Annaniyah artinya individualisme, yaitu faham yang berttitik tolak dari sikap egoisme, mementingkan dirinya sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri. Orang-orang yang berpendirian semacam ini tidak memiliki semangat ukhuah islamiyah, rasa persaudaraan dan toleransi. Sehingga sulit untuk merasakan penderitaan orang lain. Padahal seseorang baru dikatakan berakhlak mulia tatkala ia memperhatikan nasib oran itu jua.
b. madiyyah
            Madiyyah artinya sikap materialistik yang lahir dari kecintaan pada kehidupan duniawi yang  berlebihan. Hal demikian dijelaskan oleh Allah Q.S. Hud ( 11) : 15-16..
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwew11QkpEhgr3wpBkvxVXCG6lu1QV0KWUGO8d2kLS0xigDtS0Dlbt0K7q7fdZa20uDfRlyJq01TM2Oh8be0_HxD65yVsKqhh073CyjnuVvoBXHaIjNlS8vE6liKJQyS8BDWGNz_ht6WT-/s1600/Hud+(11)%2B15-16.PNG
Artinya : “ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscata kami akan berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna. Dan mereka di dunia itu tidak akan di rugikan, kecuali neraka usahakan di dunia dan sisia apa yang telah di harapkan.
c. Naf”iyyah
            nafsiyyah artinya pragmatis yaitu cinta sesuatu hanya berdasrkan pada aspek kegunaan semata. Ketika ancaman ini hanya berakhir di atasi manakala manusia memiliki pondas aqidah yang luas dan senantiasa melakukan amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada allah SWT.



BAB III

 PENUTUP

A.    KESIMPULAN DAN SARAN

Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan perubahan pada dirinya. Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1.      Tenaga pendidik
2.      Materi pengajaran
3.      Metodologis pengajaran
4.      Lingkungan sekolah



DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar